Wednesday, December 26, 2007

Information Overload

Berapa milist yang anda ikuti? Satu? Lima? Sepuluh? Lebih dari Sepuluh??? Kalau lebih dari sepuluh berarti sama dengan saya :) Kok banyak? Ya begitulah, sebagian karena tuntutan kerjaan, sebagian karena ingin pindah kuadran.

Karena tuntutan kerjaan, saya harus belajar tentang keuangan, perpajakan, HRD, Marketing. Kalau bingung, tinggal posting saja di milist tersebut. Alhamdulillah, ada saja sih yang bantu. Akhir-akhir ini, lagi banyak join milist entrepreneur. Ya itu tadi, siapa tahu bisa tertular dan jadi entrepreneur.

Yang kemudian terjadi adalah yang saya tulis di judul. Information overload. Bingung bagi waktu buat baca surat-menyurat di milist. Gak dibaca kok ya bermanfaat, di baca kok ya tidak terasa waktu yang tersita lumayan juga. Belum lagi kalau ada posting yang "menggelitik" untuk juga di reply dan ikut berdiskusi.

Kelihatannya keahlian membaca cepat harus sudah dikuasai luar dalam nih. Juga harus pandai-pandai menyortir, mana yang perlu dan mana yang bisa diabaikan dulu. Dibaca nanti, dengan catatan, gak janji deh...

Monday, December 24, 2007

Options Trading

Bila anda perhatikan iklan-iklan di harian Kompas, maka tentunya anda pernah melihat iklan yang menawarkan penghasilan yang bombastis. Uang anda bisa menjadi berlipat-lipat dalam hitungan beberapa bulan. Bila anda tertarik anda dapat mengikuti seminar tentang bagaimana caranya dan gratis lagi.

Salah satu penyelenggara seminar tersebut ternyata senior se almamater saya. Jadilah saya hadir dalam seminar tersebut. Ternyata yang dibahas adalah transaksi options di bursa luar negeri sana. (di BEJ atau BES instrumen ini belum ada). Dari seminar gratis tersebut, ternyata ujung-ujungnya ya pelatihan yang berbayar. Sudah bisa diduga sebelumnya sih, mana adalah yang gratis di dunia ini.

Karena teman sealmamater, harga untuk saya di discount habis.Terbujuk rayuan teman saya, sayapun ikut seminar berbayar tersebut. Dari hasil seminar, ternyata memang potensi pendapatan yang mungkin dihasilkan dari transaksi options ini luar biasa. Apa yang diiklankan bukanlah hal yang mengada-ada. Tentunya ilmunya harus dikuasai dan money management harus jalan, tidak boleh rakus.

Apa sih transaksi options itu? Paling mudah adalah menganalogikan transaksi options ini dengan membeli rumah. Bila anda naksir satu rumah, lalu anda menawar kepada yang empunya, setelah ada kata sepakat akan harganya, tentunya anda diminta untuk membayar DP. Setelah DP dibayar, maka anda punya hak untuk membeli rumah tersebut pada harga yang telah disepakati. Nah DP ini mirip-mirip Options, yaitu hak untuk membeli (atau dalam kasus lain hak untuk menjual). Misalkan tiba-tiba ada kabar bahwa tidak jauh dari rumah yang akan dibeli, pemerintah akan membangun jalan tol. Pintu Tol pun akan dibangun didekat lokasi rumah. Kabar ini tentunya akan meningkatkan harga jual rumah. Beruntunglah anda, karena anda sudah bayar DP, maka rumah tersebut tetap bisa anda miliki dengan harga lama tanpa ada kenaikan. Kalau anda mau, bisa saja anda ambil untung dengan menawarkan kepada orang lain untuk mengambil alih hak anda tersebut dengan mengganti uang DP yang sudah anda bayar. Bila DP yang anda bayar 10 juta, mungkin ada yang mau beli di harga 15 juta. Sebaliknya, bila ada kabar bahwa disekitar wilayah rumah tersebut akan dijadikan tempat pembuangan sampah, wah kemungkinan besar harga rumah akan turun. Karena sudah sepakat, anda tidak bisa meminta harga rumah diturunkan. Paling apes adalah anda mengikhlaskan DP yang sudah dibayar dan dibiarkan hangus. Kalau dalam transaksi options ini disebut expired worthless. Begitulah kira-kira analogi transaksi options.

Setelah pelatihan, nafsu menggebu gebu untuk langsung bertransaksi lumayan menggelitik saya. Mulailah cari teman-teman yang mau sama-sama bertransaksi. Perlu teman karena saya sendiri tidak punya cukup uang untuk memulainya. Namanya juga transaksi di bursa luar. Pakainya kan dollar bukan rupiah. Sudah ada satu teman yang bersedia bergabung, dan transaksi bisa mulai berjalan.

Seperti biasa, untuk setiap transaksi di pasar uang atau pasar modal, saya konsultasi ke teman yang bergelut di bidang Syariah Islam. Transaksi options ini dibolehkan tidak? Jawabannya ternyata merubah 180 derajat rencana-rencana yang sudah saya susun. Menurut rekan saya itu, ternyata transaksi options ini kurang Syar'i. Alasannya barangnya kan belum dimiliki. Untuk barang yang belum kita miliki, kita tidak boleh mentransaksikannya. Kalau dalam ilustrasi kita di atas, walaupun sudah bayar DP, rumah tersebut kan belum resmi jadi milik kita. Kok ya kita jual, ya nggak boleh lah. Sertifikatnya sendiri kan masih dipegang yang punya. Kurang puas dengan penjelasan rekan ini, saya pun bertanya ke mbah Google, dan memang hasil investigasi saat ini semuanya masih mengkategorikan tidak boleh.

Ya sudah. Sedari awal ingin cari uang yang berkah dunia akhirat kan? Insya Allah ada peluang lain yang lebih berkah.

Sunday, December 23, 2007

Memprediksi Penjualan

Bila kita memulai suatu usaha, tentunya kita akan melakukan perhitungan-perhitungan pendahuluan apakah usaha tersebut dapat menghasilkan. Berapa besarnya investasi awal, apa saja biaya-biaya yang harus dikeluarkan setelah berjalan, biaya rutin non rutin, dll. Pada akhirnya, biaya-biaya tersebut akan kita ukur dengan penghasilan yang kita terima dari usaha tersebut. Nah, disinilah biasanya kita mencoba memprediksikan penjualan yang akan kita hasilkan.

Bahasa pintarnya bikin business plan barangkali. Kadang-kadang hasil perhitungan kita di atas kertas menunjukkan hasil yang wow. Wah, feasible nih. BEP sekian bulan. Pada kenyataannya, tidak sedikit juga yang prediksinya meleset. Kalau seperti ini, tentunya kita perlu mencermati lagi perhitungan awal yang kita buat. Dimana ya melesetnya.

Biaya-biaya, biasanya relatif lebih mudah diprediksikan. Harus beli ini beli itu yang harganya bisa kita cek ke toko. Biaya pegawai juga bisa tanya kiri tanya kanan, berapa sih rata-rata gaji didaerah situ. Yang agak sulit adalah memprediksikan penjualan. Disinilah kadang-kadang perhitungan sering meleset. Meleset pulalah target-target yang ingin kita capai.

Prediksi sales ini ada ilmunya tidak ya. Jadi ingin tahu. Atau cukup lihat toko sebelah? Wah, toko sebelah ramai, jadi kalo kita bikin toko yang sama harusnya ramai juga. Coba kita hitung, sehari laku berapa. Dari hasil pengamatan tersebut angkanya kita masukkan ke perhitungan kita. Akan tetapi bagaimana kalau belum ada usaha sejenis? atau toko sebelah kiri ramai tapi toko sebelah kanannya kok agak sepi ya. Waaaa, jadi ragu nih.

Jadi, bagaimana dong memprediksinya?

Saturday, December 22, 2007

Kartu Kredit

Kalau kita berkunjung ke mall, hypermarket atau pusat-pusat keramaian, maka pemandangan spg yang menawar-nawarkan kartu kredit merupakan hal yang lazim. Makin lama persyaratan yang diminta makin mudah. Cukup dengan fotocopy KTP. Ada yang lebih hebat malah. Instant Approval.

Tentunya dikemudian hari, semakin banyak saja yang memiliki kartu kredit. Makin banyak pula orang-orang yang punya kartu kredit lebih dari satu.

Saat ini, tidak sedikit pula, pusat perbelanjaan atau produsen yang bekerja sama dengan penerbit kartu kredit untuk menawarkan kredit dengan bunga nol persen. Wah, kombinasi yang menggiurkan. Kartu kreditnya mudah diperoleh, belanja barang bisa dicicil, tidak dikenakan bunga lagi.

Konsumen semakin dimanjakan, dan akhirnya terlena. Yang tidak punya "rem" akhirnya kebablasan. Makin banyak saja yang overlimit. Makin banyak saja yang pusing didatangi oleh debt collector. Kalau sudah begini, semua orang jadi repot. Keluarga yang dijadikan emergency contact pusing ditelpon terus menerus oleh debt collector. Mulai dari yang bicaranya manis, sampai yang kasar. Kantor tempat bekerja juga sering kedatangan debt collector. Sebagian malah bertampang "sangar". Yang berhutang siapa, yang dimaki maki siapa. Sungguh suatu situasi yang tidak mengenakkan.

Ditengah-tengah gencarnya penawaran kartu kredit, ditengah-tengah gencarnya promo zero percent, seharusnya ada pihak-pihak yang juga gencar mengkampanyekan pengelolaan keuangan yang benar. Tapi siapa yang harus melakukannya? Pemerintah? Pemeritah kan banyak, Departemen keuangan? BI? atau Depkominfo? Tidak terlalu jelas siapa yang harus melakukan.

Pada akhirnya kita harus belajar dari pengalaman-pengalaman tidak enak ini. Jangan terlalu terbuai dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan penerbit kartu kredit. Demikian juga penawaran-penawaran zero percent. Belanjalah sesuai kemampuan. Jangan memaksakan. Gunakan kartu kredit secara bijaksana. Bila tidak perlu, tidak usah dibeli. Jangan pernah membayar minimal payment untuk kartu kredit kita. Percayalah, tidak terasa bunganya akan mencekik leher kita. Dari bulan ke bulan bunga akan terus membengkak. Memang itu skenario penerbit kartu kreditnya. Kalo tidak, dari mana pendapatan mereka?

Gunakan kartu kredit untuk kemudahan pembayarannya saja. Artinya, belanjalah dalam batas kemampuan. Gesek kartu kredit. Bayar full payment pada saat jatuh tempo. Dengan demikian akan terasa sekali manfaatnya. Enak kan, beli sekarang, bayar nanti. Apalagi apabila anda belanja diantara tanggal penerbitan tagihan dan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Ilustrasi mudahnya seperti ini. Misal tagihan terbit tiap tanggal 20. Lalu tanggal jatuh tempo pembayaran adalah tiap tanggal 1. Belanjalah antara tanggal 20 dan tanggal 1 tersebut. Artinya dari tanggal 20, 21, 22, 23 dst sampai tanggal 1. Kenapa? Karena jatuh tempo pembayarannya satu bulan lebih. Bila anda belanja tanggal 21 Desember misalnya. Maka Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 1 Februari!!!. Akan sangat berbeda bila anda belanja tanggal 19 Desember misalnya. Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 1 Januari. Menunda belanja dua hari, dan anda mendapat tambahan tempo pembayaran satu bulan. Bila dana anda ada di tabungan, paling tidak kan anda dapat bunga atau bagi hasil selama satu bulan kan? Nah, ini baru smart spending. Tapi ingat, anda harus melakukan full payment. Jangan bayar kurang dari jumlah tagihan bila tidak kepepet. Ini merupakan perilaku yang lebih smart lagi.

Anda punya pengalaman lain?

Wednesday, December 19, 2007

Sederhana

Sederhana sekali yah blognya. Ini salah satu komentar rekan yang sudah baca.

Blog ini memang berangkat dari kesederhanaan. Begitu jawab saya berdiplomasi. Apa sih yang menjadikan suatu blog favorit diantara pembacanya? Mungkin jawabannya banyak sekali. Tetapi yang utama tentulah postingan di blognya.

Membaca isi blog-blog yang ada saat ini hanya satu komentar saya. Luar biasa. Apalagi blog-blog teman-teman di TDA. Sarat ilmu dan sharing pengalaman. Tidak ada yang pelit untuk berbagi ilmu.

Blog ini lahir dengan pendekatan yang berbeda. Saya ingin menjadikan blog ini tempat saya belajar. Harapan saya, siapapun yang masuk ke blog ini, memberikan pembelajaran kepada saya. Mungkin sharing pengalaman. Bisa juga sharing buku. Atau apa sajalah. Awalnya mungkin dari postingan saya yang kemudian di beri komentar. Dari komentar komentar itu tentunya akan melahirkan pembahasan-pembahasan lain yang juga menarik untuk dibicarakan lagi.

Sepertinya kok jadi forum diskusi ya? he he he... Tidak apa-apa kan? Paling tidak, anda kan sudah beramal dengan mengajari saya. Dan jangan pernah lupa, ilmu yang bermanfaat, pahalanya akan terus mengalir. Paling tidak karena, saya, orang yang anda ajari, akan berusaha menerapkan apa-apa yang anda ajarkan.

Fair enough kan?

Tuesday, December 4, 2007

Bebas Banjir

Menulis harus selalu dengan nada positif. Kurang lebih begitulah salah satu nasehat rekan-rekan di komunitas TDA. Akan tetapi kalau bercerita tentang topik ini agak sulit kelihatannya. Tadinya mau saya beri judul "banjir nampaknya makin sering mampir ke rumah saya", tetapi karena khawatir menarik hal-hal yang negatif ya diganti saja. Jadi walaupun judulnya bebas banjir, sebenarnya yang mau saya ceritakan justru pengalaman kebanjiran tadi malam.

Hujan yang begitu lebat, membawa rejeki yang berlimpah bagi tanaman di sekitar rumah yang sudah lama tidak tersiram air. Sangat berlimpah bahkan, sebagian air juga masuk ke dalam rumah ... Jadilah sibuk mengangkat barang-barang ke tempat yang lebih tinggi. Sebelumnya sempat was-was karena terlambat mengeluarkan mobil kantor. Mobil operasional kantor yang kalau malam di parkir di rumah hampir saja terendam air. Di garasi sih air cuma setengah ban mobil. Di jalan, apalagi di penghujung jalan keluar komplek, air sudah hampir setinggi kap mobil. Syukurlah, mobil bisa terselamatkan keluar komplek yang datarannya memang lebih tinggi.

Perumahan nampaknya akan semakin padat. Real Estate baru bermunculan. Semuanya mengandalkan kali kecil yang ada di samping komplek perumahan saya. Padahal kali ini semakin ke ujung semakin kecil alias menyempit. Jadilah air tidak tertampung dan luber ke mana mana.

Kapan ya, AMDAL bisa betul betul di tegakkan. Bangun perumahan silahkan, tetapi pikirkan juga lah pembuangan airnya. Kalau perlu, di besarkan deh kali yang ada, atau dibuat waduk penampungan, atau apalah, intinya air bisa ditampung dulu sebelum dialirkan ke mana dia harus mengalir. Asal jangan ke dalam rumah, he he he...

Saturday, December 1, 2007

Belajar Membuat Blog

Asyik juga. Hari ini saya belajar membuat Blog dibantu oleh Philips, rekan baru yang saya temui di TDA Workshop bertempat di Ayola Cyber Cafe, Mangga Dua Square.