Saturday, December 22, 2007

Kartu Kredit

Kalau kita berkunjung ke mall, hypermarket atau pusat-pusat keramaian, maka pemandangan spg yang menawar-nawarkan kartu kredit merupakan hal yang lazim. Makin lama persyaratan yang diminta makin mudah. Cukup dengan fotocopy KTP. Ada yang lebih hebat malah. Instant Approval.

Tentunya dikemudian hari, semakin banyak saja yang memiliki kartu kredit. Makin banyak pula orang-orang yang punya kartu kredit lebih dari satu.

Saat ini, tidak sedikit pula, pusat perbelanjaan atau produsen yang bekerja sama dengan penerbit kartu kredit untuk menawarkan kredit dengan bunga nol persen. Wah, kombinasi yang menggiurkan. Kartu kreditnya mudah diperoleh, belanja barang bisa dicicil, tidak dikenakan bunga lagi.

Konsumen semakin dimanjakan, dan akhirnya terlena. Yang tidak punya "rem" akhirnya kebablasan. Makin banyak saja yang overlimit. Makin banyak saja yang pusing didatangi oleh debt collector. Kalau sudah begini, semua orang jadi repot. Keluarga yang dijadikan emergency contact pusing ditelpon terus menerus oleh debt collector. Mulai dari yang bicaranya manis, sampai yang kasar. Kantor tempat bekerja juga sering kedatangan debt collector. Sebagian malah bertampang "sangar". Yang berhutang siapa, yang dimaki maki siapa. Sungguh suatu situasi yang tidak mengenakkan.

Ditengah-tengah gencarnya penawaran kartu kredit, ditengah-tengah gencarnya promo zero percent, seharusnya ada pihak-pihak yang juga gencar mengkampanyekan pengelolaan keuangan yang benar. Tapi siapa yang harus melakukannya? Pemerintah? Pemeritah kan banyak, Departemen keuangan? BI? atau Depkominfo? Tidak terlalu jelas siapa yang harus melakukan.

Pada akhirnya kita harus belajar dari pengalaman-pengalaman tidak enak ini. Jangan terlalu terbuai dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan penerbit kartu kredit. Demikian juga penawaran-penawaran zero percent. Belanjalah sesuai kemampuan. Jangan memaksakan. Gunakan kartu kredit secara bijaksana. Bila tidak perlu, tidak usah dibeli. Jangan pernah membayar minimal payment untuk kartu kredit kita. Percayalah, tidak terasa bunganya akan mencekik leher kita. Dari bulan ke bulan bunga akan terus membengkak. Memang itu skenario penerbit kartu kreditnya. Kalo tidak, dari mana pendapatan mereka?

Gunakan kartu kredit untuk kemudahan pembayarannya saja. Artinya, belanjalah dalam batas kemampuan. Gesek kartu kredit. Bayar full payment pada saat jatuh tempo. Dengan demikian akan terasa sekali manfaatnya. Enak kan, beli sekarang, bayar nanti. Apalagi apabila anda belanja diantara tanggal penerbitan tagihan dan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Ilustrasi mudahnya seperti ini. Misal tagihan terbit tiap tanggal 20. Lalu tanggal jatuh tempo pembayaran adalah tiap tanggal 1. Belanjalah antara tanggal 20 dan tanggal 1 tersebut. Artinya dari tanggal 20, 21, 22, 23 dst sampai tanggal 1. Kenapa? Karena jatuh tempo pembayarannya satu bulan lebih. Bila anda belanja tanggal 21 Desember misalnya. Maka Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 1 Februari!!!. Akan sangat berbeda bila anda belanja tanggal 19 Desember misalnya. Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 1 Januari. Menunda belanja dua hari, dan anda mendapat tambahan tempo pembayaran satu bulan. Bila dana anda ada di tabungan, paling tidak kan anda dapat bunga atau bagi hasil selama satu bulan kan? Nah, ini baru smart spending. Tapi ingat, anda harus melakukan full payment. Jangan bayar kurang dari jumlah tagihan bila tidak kepepet. Ini merupakan perilaku yang lebih smart lagi.

Anda punya pengalaman lain?

No comments: